Selasa, 08 November 2016

Bakteri Leuconostoc mesenteroides pada Fermentasi Saurkraut



Bakteri Leuconostoc mesenteroides pada Fermentasi Saurkraut
Ø  Leuconostoc mesenteroides
Leuconostoc mesenteroides  merupakan bakteri gram positif,  filum Firmicutes, dan termasuk dalam bakteri asam laktat. Ciri umum dari bakteri asam laktat yakni memiliki bentuk kokus atau batang, tidak membentuk spora, tidak motil, katalase negatif dan oksidasi positif,  suhu optimum nya 40 derajat celcius. Jika dilihat kebutuhannya terhadap O2  bakteri asam laktat bersifat anaerob aerotoleran karena meskipun tanpa adanya O2, bakteri ini bisa tumbuh baik pada lingkungan yang terdapat atau tidak terdapat O2 . Bakteri asam laktat ini memiliki sifat khusus yaitu mampu hidup pada kadar gula, garam dan alkohol yang tinggi serta mampu memfermentasi monosakarida dan disakarida.

Ø  Sejarah Singkat Leuconostoc mesenteroides
Leuconostoc mesenteroides mulai ditemukan pada awal abad ke -19. Pada saat itu, orang-orang telah mengetahui bahwa pelunakkan tomat yang baru dipetik di Mexico dan California adalah karena Leuconostoc mesenteroides. Pada tahun 1861, Seorang ilmuwan terkenal, Louis Pasteur, mencari kemungkinan peran dari bakteri ini ketika ia melakukan observasi tentang lendir dari tebu. Penelitian ini juga dibantu oleh ilmuwan Rusia, Tsenkoovoskii. Awalnya bakteri ini bukan bernama Leuconostoc mesenteroides.   Pada abad ke - 19 tahun 1878, Leuconostoc mesenteroides mempunyai sinonim dengan Betacoccus arabinoseus dan Asococcus mesenteroides.

Ø  Klasifikasi:
Kingdom : Monera
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Lactobacilalles
Family : Streptococcaceae
Genus : Leuconostoc
Spesies : Leuconostoc mesenteroides


Ø  Morfologi Leuconostoc mesenteroides
1.    Pada substansi dalam media cair berbentuk seperti kokus.
2.    Tunggal atau berpasangan dan berantai pendek
3.    Bentuknya dapat berubah-ubah sesuai kondisi pertumbuhan.
4.    Sel-sel tumbuh dalam glukosa atau pada media padat.
5.    Bakteri gram positif tidak bergerak & tidak memiliki spora.
6.    Suhu optimum 20-30 0C.
7.    Memproduksi asam dan gas pada glukosa.

Ø  Peran Bakteri Leuconostoc mesenteroides
Leuconostoc mesenteroides adalah bakteri asosiasi dengan fermentasi asinan, seperti sauerkraut. 

Organisme ini mengubah bentuk fermentasi asam laktat alam produk. Bakteri ini berbeda dengan spesies asam laktat lainnya, dia dapat tahan dalam konsentrasi tinggi garam dan gula (hingga 50% gula). Leuconostoc mesenteroides mengubah bentuk pertumubuhan dalam sayuran dengan cepat melebihi range temperature dan konsentrasi garam daripada bakteri asam laktat lainnya. Leuconostoc mesenteroides menghasilkan CO2 dan asam yang mana menurunkan pH dan menghalangi perkembangan dari mikroorganisme yang merugikan. CO2 menghasilkan kembali oksigen, dan membuat lingkungan anaerobic dan cocok untuk pertumbuhan dari spesies berikutnya dari lactobacillus.


Ø  Peran Bakteri Leuconostoc mesenteroides dalam Proses Pembuatan Sauerkraut
Leuconostoc mesenteroides mulai bekerja setelah sayuran seperti kol, timun, wortel dan lain-lain diperam. Kondisi sayur berkadar garam tinggi dan bekerja dengan (aerob) atau tanpa udara (anaerob).



Sumber :

Selasa, 18 Oktober 2016

Makalah Pengolahan Sauerkraut



BAB I : Pendahuluan
A. Latar Belakang
Sauerkraut atau kubis asam merupakan makanan yang terbuat dari rajangan kubis yang difermentasikan oleh berbagai macam bakteri termasuk Leuconostoc mesenteroides dan dilanjutkan oleh Lactobacillus brevis, Lb. plantarum dan Pediococcus cerevisiae.
Sauerkraut biasa ditemukan di restoran-restoran di negara Eropa, khususnya negara Jerman. Fermentasi Suerkraut ini dapat di buat dengan adanya zat yang berperan sebagai perangsang, zat tersebut adalah garam. Fermentasi Sauerkraut dapat di seimpat dalam waktu lama.
Sauerkraut memiliki rasa asam yang sangat khas. Rasa asam yang terdapat didalam Sauerkraut berasal dari adanya asam laktat atau lactic acid yang dihasilkan ketika bakteri melakukan proses fermentasi gula yang terdapat di dalam kubis.
Bakteri yang paling berperan didalam proses fermentasi Sauerkraut adalah lactobacilli. Lactobacili yang terdapat didalam Sauerkraut juga, memiliki manfaat yang baik bagi tubuh.

Rumusan masalah
Adapun yang di bahas dalam makalah ini adalah :
1.     Bahan membuat Sauerkraut.
2.    Mikroorganisme.
3.    Fermentasi Sauerkraut.
4.    Bakteri yang berperan dalam fermentasi Sauerkraut.
5.    Proses pembuatan Sauerkraut.
6.    Manfaat Sauerkraut.
B.  Tujuan Penulisan
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan :
1.     Dapat mengetahui proses fermentasi Sauerkraut.
2.    Dapat mengetahui bakteri apa yang berperan dalam proses fermentasi Sauerkraut.
3.    Dapat mengetaui kandungan nutrisi yang terdapat pada Sauerkraut.

D.  Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat kita peroleh dari membaca maklah ini adalah :
1.     Dapat mengetahui apa itu Sauerkraut.
2.    Dapat mengetahui bahan fermentasi Sauerkraut.
3.    Dapat mengetahui apa itu mikroorganisme.
4.    Dapat mengetahui mikroorganisme apa yang berperan dalam fermentasi Sauerkraut.
5.    Dapat mengetahui bagaimana cara membuat Sauerkraut.
6.    Dapat mengetahui kandungan nutrisi yang terdapat pada Sauerkraut.





BAB II : Isi
A. Kubis
Kubis termasuk spesies Brassica olaracea, famili Cruciferae. Tanaman kubis berasal dari Eropa dan Asia kecil, terutama tumbuh di daerah Great Britain dan Mediteranean. Asal usul tanaman kubis dibudidaya berawal dari kubis Iiar yang tumbuh di sepanjang pantai laut tengah, Inggris, Denmark dan sebelah utara Perancis barat serta pantai Glamorgan. Kubis termasuk tanaman sayuran semusim yang dipanen sekaligus, yaitu tanaman sumber vitamin, garam mineral dan lain-lain yang dikonsumsi dari bagian tamanan yang Kubis dapat tumbuh pada semua jenis tanah, sangat toleran pada tanah lempung berat dan tanggap baik terhadap kapur.
Kubis mengandung vitamin dan mineral yang tinggi. Kandungan dan komposisi gizi kubis tiap 100 g bahan segar sebagai berikut: kalori 25 kal; protein 1,7 g; lemak 0,2 g; karbohidrat 5,3 g; kalsium 64 mg; phospor 26 mg1' Fe 0,7 mg; Na 8 g niacin 0,3 mg; serat 0,9 g; abu 0,7 g; vitamin A 75 Sl; vitamin Bl 0,1 mg; Vitamin C 62 mg dan av 9l-93%. Oleh karena kandungannya yang banyak bermanfaat di tubuh manusia, kubis banyak di olah dan salah satu nya sebagai sayuran fermentasi sauerkraut berupa daun yang berumur kurang dari 1 tahun dan pemanenannya dilakukan sekali kemudian dibongkar untuk diganti dengan tanaman baru.

      


B.  Fermentasi
Fermentasi bahan pangan adalah sebagai hasil kegiatan beberapa jenis mikroorganisme baik bakteri, khamir, dan kapang. Mikroorganisme yang memfermentasi bahan pangan dapat menghasilkan perubahan yang menguntungkan (produk-produk fermentasi yang diinginkan) dan perubahan yang merugikan (kerusakan bahan pangan). Dari mikroorganisme yang memfermentasi bahan pangan, yang paling penting adalah bakteri pembentuk asam laktat, asam asetat, dan beberapa jenis khamir penghasil alkohol. Jenis-jenis mikroorganisme yang berperan dalam teknologi fermentasi adalah :
·           Bakteri Asam Laktat
Dari kelompok ini termasuk bakteri yang menghasilkan sejumlah besar asam laktat sebagai hasil akhir dari metabolisme gula (karbohidrat). Asam laktat yang dihasilkan dengan cara tersebut akan menurunkan nilai pH dari lingkungan pertumbuhannya dan menimbulkan rasa asam. Ini juga menghambat pertumbuhan dari beberapa jenis mikroorganisme lainnya. Dua kelompok kecil mikroorganisme dikenal dari kelompok ini yaitu organisme-organisme yang bersifat homofermentative dan heterofermentative. Jenis-jenis homofermentatif yang terpenting hanya menghasilkan asam laktat dari metabolisme gula, sedangkan jenisjenis heterofermentatif menghasilkan karbondioksida dan sedikit asam-asam volatil lainnya, alkohol, dan ester disamping asam laktat. Beberapa jenis yang penting dalam kelompok ini:
1.     Streptococcus thermophilus, Streptococcus lactis dan Streptococcus cremoris. Semuanya ini adalah bakteri gram positif, berbentuk bulat (coccus) yang terdapat sebagai rantai dan semuanya mempunyai nilai ekonomis penting dalam industri susu.
2.    Pediococcus cerevisae. Bakteri ini adalah gram positif berbentuk bulat, khususnya terdapat berpasangan atau berempat (tetrads). Walaupun jenis ini tercatat sebagai perusak bir dan anggur, bakteri ini berperan penting dalam fermentasi daging dan sayuran.
3.    Leuconostoc mesenteroides, Leuconostoc dextranicum. Bakteri ini adalah gram positif berbentuk bulat yang terdapat secara berpasangan atau rantai pendek. Bakteri-bakteri ini berperanan dalam perusakan larutan gula dengan produksi pertumbuhan dekstran berlendir. Walaupun demikian, bakteribakteri ini merupakan jenis yang penting dalam permulaan fermentasi sayuran dan juga ditemukan dalam sari buah, anggur, dan bahan pangan lainnya.
4.    Lactobacillus lactis, Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus plantarum, Lactobacillus delbrueckii. Organisme-organisme ini adalah bakteri berbentuk batang, gram positif dan sering berbentuk pasangan dan rantai dari sel-selnya. Jenis ini umumnya lebih tahan terhadap keadaan asam dari pada jenis-jenis Pediococcus atau Streptococcus dan oleh karenanya menjadi lebih banyak terdapat pada tahapan terakhir dari fermentasi tipe asam laktat. Bakteribakteri ini penting sekali dalam fermentasi susu dan sayuran.
·               Bakteri Asam Propionat
Jenis-jenis yang termasuk kelompok ini ditemukan dalam golongan Propionibacterium, berbentuk batang dan merupakan gram positif. Bakteri ini penting dalam fermentasi bahan pangan karena kamampuannya memfermentasi karbohidrat dan juga asam laktat dan menghasilkan asam-asam propionat, asetat, dan karbondioksida. Jenis-jenis ini penting dalam fermentasi keju Swiss.
·               Bakteri Asam asetat
Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif dan ditemukan dalam golongan Acetobacter sebagai contoh Acetobacter aceti. Metabolismenya lebih bersifat aerobik (tidak seperti spesies tersebut di atas), tetapi peranannya yang utama dalam fermentasi bahan pangan adalah kemampuannya dalam mengoksidasi alkohol dan karbohidrat lainnya menjadi asam asetat dan dipergunakan dalam pabrik cuka.
·               Khamir
Khamir sejak dulu berperan dalam fermentasi yang bersifat alkohol dimana produk utama dari metabolismenya adalah etanol. Saccharomyces cerevisiae adalah jenis yang utama yang berperan dalam produksi minuman beralkohol seperti bir dan anggur dan juga digunakan untuk fermentasi adonan dalam perusahaan roti.
·               Kapang
Kapang jenis-jenis tertentu digunakan dalam persiapan pembuatan beberapa macam keju dan beberapa fermentasi bahan pangan Asia seperti kecap dan tempe. Jenis-jenis yang termasuk golongan Aspergillus, Rhizopus, dan Penicillium sangat penting dalam kegiatan tersebut.

Dalam proses fermentasi, mikroorganisme harus mempunyai 3 (tiga) karakteristik penting yaitu:
1. Mikroorganisme harus mampu tumbuh dengan cepat dalam suatu substrat dan lingkungan yang cocok untuk memperbanyak diri.
2. Mikroorganisme harus memiliki kemampuan untuk mengatur ketahanan fisiologi dan memilki enzim-enzim esensial yang mudah dan banyak supaya perubahanperubahan kimia yang dikehendaki dapat terjadi.
3. Kondisi lingkungan yang diperlukan bagi pertumbuhan harus sesuai supaya produksi maksimum.

Berdasarkan sumber mikroorganisme, proses fermentasi dibagi 2 (dua) yaitu:
1. Fermentasi spontan, adalah fermentasi bahan pangan dimana dalam pembuatannya tidak ditambahkan mikroorganisme dalam bentuk starter atau ragi, tetapi mikroorganisme yang berperan aktif dalam proses fermentasi berkembang baik secara spontan karena lingkungan hidupnya dibuat sesuai untuk pertumbuhannya, dimana aktivitas dan pertumbuhan bakteri asam laktat dirangsang karena adanya garam, contohnya pada pembuatan sayur asin.
2. Fermentasi tidak spontan adalah fermentasi yang terjadi
dalam bahan pangan yang dalam pembuatannya ditambahkan mikrorganisme dalam bentuk starter atau ragi, dimana mikroorganisme tersebut akan tumbuh dan berkembangbiak secara aktif merubah bahan yang difermentasi menjadi produk yang diinginkan, contohnya pada pembuatan tempe dan oncom.

C. Sauerkraut
Sauerkraut atau kubis asam merupakan hasil fermentasi kubis yang diambil larutan atau ekstraknya. Sauerkraut atau kubis asam merupakan makanan yang terbuat dari rajangan kubis yang difermentasikan oleh berbagai macam bakteri termasuk Leuconostoc, Lactobacillus, dan Pediococcus.
Di Jerman, sauerkraut harus mengandung minimum 7,5% asam laktat dengan pH maksimum 4,1; larutan garam yang dapat tertampung harus sebanyak sekitar 10% dari berat total sauerkraut dengan kadar garam berkisar antara 0,7% sampai dengan 3.0%. Departemen Pertanian Amerika Serikat menentukan kadar garam produk akhir sauerkraut harus berkisar antara 1,3% sampai dengan 2,5% dan jumlah garam yang dianjurkan untuk digunakan pada awal penggaraman adalah 2,25% B/B.


D. Bakteri pada Fermentasi Sauerkraut
Sauerkraut adalah fermentasi kubis menggunakan bakteri asam laktat sehingga berasa masam. Setelah kubis dibersihkan dari bagian yang hijau, rusak dan kotor, dicuci kemudian diiris kecil-kecil. Irisan kobis ini kemudian  dimasukkan ke dalam wadah kemudian ditambahkan larutan garam 2,25% dan diaduk serata mungkin. Bakteri yang memulai fermentasi adalah Leuconostoc mesenteroides dan dilanjutkan oleh Lactobacillus brevis, Lb. plantarum dan Pediococcus cerevisiae.
·      Leuconostoc mesenteroides
Leuconostoc mesenteroides merupakan bakteri gram positif,  filum Firmicutes, dimana termasuk dalam bakteri asam laktat dan, Ciri umum dari bakteri asam laktat yakni memiliki bentuk kokus atau batang, tidak membentuk spora, tidak motil, katalase negatif dan oksidasi positif,  suhu optimum nya 40 derajat celcius, jika dilihat kebutuhannya terhadap O2  bakteri asam laktat bersifat anaerob aerotoleran karena meskipun tanpa adanya O2 , bakteri ini bisa tumbuh baik pada lingkungan yang terdapat atau tidak terdapat O2. Bakteri asam laktat ini memiliki sifat khusus yaitu mampu hidup pada kadar gula, garam dan alkohol yang tinggi serta mampu memfermentasi monosakarida dan disakarida. Memiliki beberapa karakteristik tertentu yang meliputi: tidak memiliki porfirin dan sitokrom, katalase negatif, tidak melakukan fosforilasi transpor elektron, dan hanya mendapatkan energi dari fosforilasi substrat. 
Bakteri asam laktat memperoleh energinya dari hasil metabolisme gula oleh sebab itulah habitatnya pada lingkungan yang cukup gula atau lingkungan yang kaya akan nutrisi. Berdasarkan hasil fermentasinya Leuconostoc masuk ke dalam kelompok bakteri heterofermentatif yaitu bakteri yang menghasilkan ethanol dan senyawa lain seperti karbondioksida dari fermentasi glukosa.
·       Lacotabacillus brevis
Lactobacillus brevis adalah gram positif , berbentuk batang spesies bakteri asam laktat , ada sekitar 16 strain yang berbeda. Hal ini dapat ditemukan di berbagai lingkungan yang berbeda: makanan fermentasi . dan sebagai mikrobiota biasa L.brevis ditemukan dalam makanan seperti sebagai sauerkraut dan acar . Hal ini juga salah satu penyebab paling umum dari bir pembusukan. Pemakanan telah terbukti meningkatkan fungsi kekebalan tubuh manusia , dan telah dipatenkan beberapa kali. Mikrobiota usus normal L.brevis ditemukan pada manusia usus , Vagina dan kotoran.
L. brevis adalah salah satu utama Lactobacillus spesies yang ditemukan di tibicos biji-bijian (biji-bijian kefir alias air), dan telah diidentifikasi sebagai spesies yang bertanggung jawab untuk produksi polisakarida ( dekstran ) yang membentuk butir. metabolit utama dari L . brevis termasuk asam laktat dan etanol . Strain L. brevis dan L. hilgardii telah ditemukan untuk menghasilkan biogenik amina tyramine dan phenylethylamine .
·      Lb. plantarum
Bakteri Lactobacillus plantarum adalah bakteri asam laktat dari famili Lactobacilliceae  dan  genus  Lactobacillus.  Bakteri ini  bersifat  Gram  positif,  non motil, dan berukuran 0,6-0,8 μm x 1,2-6,0 μm. Bakteri ini memiliki sifat antagonis terhadap mikroorganisme penyebab kerusakan makanan seperti Staphylococcus aureus, Salmonella, dan Gram negatif. Lactobacillus plantarum bersifat toleran terhadap garam, memproduksi asam dengan cepat dan memiliki pH ultimat 5,3 hingga 5,6. Pengolahan pangan dan  pakan menggunakan  BAL adalah teknologi  yang telah ada sejak dulu yang dapat meningkatkan kandungan obat dan anti penyakit serta mencegah kebusukan dan perjangkitan penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen. Bakteri L. plantarum umumnya lebih tahan terhadap keadaan asam dan oleh karenanya menjadi lebih banyak terdapat pada tahapan terakhir dari fermentasi tipe asam laktat. Bakteri ini sering digunakan dalam fermentasi susu, sayuran, dan daging (sosis). Fermentasi dari L. plantarum bersifat homofermentatif sehingga tidak menghasilkan  gas.
·      Pediococcus
Bakteri ini termasuk bakteri asam laktat (BAL) dengan ciri non-motil (tidak bergerak) dan memiliki bentuk sferis. Sel bakteri ini terbagi ke dalam dua bidang sehingga membentuk pasangan, tetrad (terususun empat), atau gumpalan sel sferis yang lebih besar. Bakteri ini adalah gram positif berbentuk bulat, khususnya terdapat berpasangan. Genus Pediococcus termasuk golongan fakultatif anaerob dan untuk hidup memerlukan lingkungan yang kaya nutrisi serta mengandung faktor pertumbuhan dan gula yang dapat difermentasi. Bakteri ini termasuk homofermentatif (hanya menghasilkan asam laktat) dan tidak dapat menggunakan pentosa (karbohidrat beratom C5).
Suhu optimum untuk pertumbuhan Pediococcus adalah 25-30 °C dan pH optimum ± 6. (2) Spesies dan galur dari genus ini berbeda dalam toleransi atau ketahanannya terhadap oksigen, pH, suhu, resistensi antibiotik, dan NaCl. Beberapa galur dari Pediococcus telah diketahui memiliki satu atau lebih plasmid dalam berbagai ukuran, yang sebagian di antaranya mengkodekan gen untuk fermentasi karbohidrat dan produksi bakteriosin.


E.  Cara Membuat Sauerkraut

a. Bahan
·         2 buah kol, berat sekitar 2 kg
·         2 - 3 sendok makan garam
·         Air matang jika diperlukan

Sayuran lainnya yang bisa ditambahkan:
·      Lobak
·      Wortel
·      Sawi putih
·      Bit merah
·      Kubis merah
·       Daun anggur

Rempah lainnya yang bisa ditambahkan:
·       Bawang bombay
·       Bawang putih
·       Bawang merah
·       Biji adas
·       Biji jintan
·       Biji mustard
·       Biji seledri
·       Daun dill. 





b. Alat
·         Panci slow-cooker dari keramik dengan penutup kaca (bisa menggunakan wadah lainnya yang terbaik adalah terbuat dari keramik atau kaca dan memiliki penutup).
·         Talenan dan pisau untuk merajang
·         Baskom/wadah besar untuk menampung rajangan kubis
·         Piring datar yang besarnya selebar panci slow cooker atau wadah kubis untuk fermentasi
·         Alat penumbuk
·         Alat pemberat
·         Kain bersih untuk membungkus penutup wadah sauerkraut (jika diperlukan).

c. Cara membuat
·         Siapkan wadah dan alat-alat yang akan digunakan, cuci bersih semua alat dengan sabun dan keringkan.
·         Siapkan kubis, pilih yang masih segar tandanya kelopak daun masih keras, crunchy, dan berwarna putih segar tanpa ada bercak-bercak coklat atau penyakit. Cuci bersih kubis ketika masih dalam gelondongan besar. 
·         Belah kubis menjadi 2 bagian, hati di tengah kubis bisa dibuang atau dibiarkan. Rajang 1/2 bagian kubis tipis-tipis, kemudian letakkan kubis di mangkuk besar, taburi dengan garam. Rajang kubis berikutnya, tumpukkan di permukaan kubis dimangkuk dan taburi kembali dengan garam. Lakukan berlapis-lapis hingga kubis dan garam habis (ingat garam sebaiknya cukup untuk menaburi seluruh kubis, terlalu banyak garam akan membuat sauerkraut menjadi sangat asin).
·         Aduk kubis dimangkuk dengan jemari tangan sehingga garam mampu terdistribusi merata ke seluruh permukaan kubis.
·         Jika menggunakan sayuran dan rempah lainnya maka masukkan dan campur bersamaan dengan kubis.
·         Masukkan 1/4 bagian rajangan kubis ke wadah yang akan dipergunakan untuk fermentasi, gunakan panci slow-cooker. Memarkan kubis dengan menumbuknya menggunakan alat penumbuk, gunakan kayu penggilas adonan. Tumbuk hingga kubis memar (bukan hancur) dan air kubis tampak keluar. 
·         Tambahkan 1/4 bagian kubis lainnya dan tumbuk kembali, lakukan hingga semua rajangan kubis habis dan semua masuk ke dalam panci slow-cooker. Tekan-tekan kubis dengan punggung dan telapak tangan hingga rajangan kubis menjadi padat dan air tampak menggenangi permukaannya. Jika kubis tidak terendam air maka buatlah larutan garam dari 200 ml air matang + 1 sendok teh garam, aduk hingga larut dan tuangkan ke rajangan kubis.  
·         Agar memastikan kubis benar-benar terendam (karena jika ada potongan kubis terpapar udara maka akan mudah terkontaminasi bakteri buruk) maka letakkan sebuah piring diatasnya, tekan kuat-kuat dan beri pemberat (gunakan dua buah batu yang telah dicuci bersih).  Tutup panci slow cooker dan letakkan panci di meja dapur atau di tempat yang jarang dilalui orang (karena baunya cukup mengganggu ketika penutup dibuka). 
·         Pada hari pertama, cek sesekali sauerkraut untuk memastikan kubis terendam. Tekan beberapa kali sauerkraut dengan telapak tangan agar kubis padat dan terendam. Tidak masalah membuka penutup panci. 
·         Fermentasi mulai tampak ketika muncul gelembung busa di permukaan cairan sauerkraut. Kubis akan berkurang volumenya, menjadi menyusut dan cairannya menjadi bertambah banyak.
·         Tunggi hingga kurang lebih satu minggu, fermentasi Sauerkraut akan jadi.
F.  Manfaat Sauerkraut
Sauerkraut memiliki banyak manfaat untuk kesehatan antara lain sebagai sumber vitamin C, B, dan K. Proses fermentasi meningkatkan ketersediaan nutrisi yang terkandung di dalamnya bahkan jauh lebih bergizi dibandingkan dengan kubis biasa. Sauerkraut juga rendah kalori, tinggi kalsium dan magnesium, dan merupakan sumber serat makanan, folat, besi, potassium, tembaga dan mangan yang baik. 
Jika disajikan dalam kondisi dingin (tidak dimasak dan dipanaskan) maka sauerkraut juga mengandung bakteri lactobacilli dalam kondisi hidup, dan mikroba bermanfaat lainnya serta kaya akan enzim. Serat yang terkandung dan bakteri probiotik terbukti mampu meningkatkan proses pencernan dan mendorong pertumbuhan flora usus yang sehat, mencegah berbagai penyakit yang berhubungan dengan pencernaan.  Sauerkraut telah digunakan di Eropa berabad-abad lamanya untuk mengobati penyakit maag, dan kemampuannya untuk menenangkan saluran pencernaan yang bermasalah telah dibuktikan di berbagai penelitian.


BAB III : Penutup
A. Kesimpulan
Sauerkraut atau kubis asam merupakan makanan yang terbuat dari rajangan kubis yang difermentasikan oleh berbagai macam bakteri termasuk Leuconostoc mesenteroides dan dilanjutkan oleh Lactobacillus brevis, Lb. plantarum dan Pediococcus cerevisiae.
Mikroorganisme yang dapat digunakan dalam proses fermentasi diantaranya bakteri asam laktat, bakteri asam propionat, bakteri asam asetat, khamir dan kapang.
Sauerkraut memiliki banyak manfaat untuk kesehatan antara lain sebagai sumber
vitamin C, B, dan K. Proses fermentasi meningkatkan ketersediaan nutrisi yang
terkandung di dalamnya bahkan jauh lebih bergizi dibandingkan dengan kubis biasa.
Sauerkraut juga rendah kalori, tinggi kalsium dan magnesium, dan merupakan 
sumber serat makanan, folat, besi, potassium, tembaga dan mangan yang baik. 

B.  Saran
Sauerkraut merupakan makanan yang dihasilkan dari proses fermentasi dengan bantun bakteri. Dari sini dapat kita ketahui, selain merugikan bakteri menguntungkan bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, kita perlu memahami mana saja bakteri yang merugikan dan yang menguntungkan sehingga kita dapat memanfaatkannya untuk kehidupan kita.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik. 2000. Survei Pertanian. Produksi Tanaman Sayuran dan Buah buahan. Badan Pusat Statistik, Jakarta
Buckle, K. A, R. A. Edwards, G. H. Fleet dan M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta (Diterjemahkan oleh H, Purnomo dan Adiono).
Direktorat Gizi Departernen Kesehatan R. I. 1981. Daftar Komposisi Bahan
Katz, Sandor E. 2012. The Art of Fermentation: An in-depth Exploration of Essential Concepts and Processes from Around the World. Chelsea Green Publishing Co.
Pracaya. 1987. Kol Alias Kubis. Penebar Swadaya, Jakarta.
Salle, A.J. Fundamental Principles of Bacteriology. New Delhi : Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd. 1979.
Suprihatin. 2010. Teknologi Fermentasi. UNESA Press.
Utama, CS. A. Mulyanto. 2009. Potensi Limbah Pasar Saytir Menjadi Starter Fermentasi. Jurnal Kesehatan. Universitas Diponegoro Semarang. Vol.2, No. 1
Williams, C. N., J. O.Uzo dan W. T. H. Peregrine. 1993. Produksi Sayuran di Daerah Tropika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta